Judul ini mungkin akan terasa aneh untuk kamu yang membacanya. Tapi ya, ini hanya berdasarkan pengalaman yang saya rasakan setelah vakum menulis selama lebih dari 2 bulan lamanya.
Bukannya tak ingin, hanya saja saya tak tahu harus memulai dari mana. Rasanya seperti kembali ke awal saat pertama kali belajar menulis. Buta akan semua hal.
Lucunya, berhenti menulis juga menumpulkan kreativitas saya. Otak saya serasa 'diistirahatkan' terlalu lama, hingga untuk memulai kembali rasanya butuh waktu agar bisa kembali beroperasi. Saya tak lagi mampu membuat kalimat-kalimat menarik untuk menarik perhatian pelanggan, pun tak lagi mampu membuat ide-ide menarik promosi. Rasanya seperti kehilangan kamus lengkap yang setiap hari ada dalam dekapan.
Skip kebiasaan > 1 hari bisa membuatmu mengendurkan kebiasaan itu
Saya lupa pernah mendengar atau membacanya dari mana, tapi hal ini memang sangat berefek pada diri saya. Kebiasaan sederhana yang biasanya tak pernah absen tak bisa dilakukan di hari tersebut karena suatu hal. Esoknya, saya merasa buntu namun masih menganggap hal tersebut lumrah adanya. Yang awalnya satu hari, berubah menjadi dua hari.
Sayangnya hal tersebut tak berhenti sampai di situ. Hari ke-3, kebiasaan itu semakin malas dilakukan. Terus dan terus berulang setiap harinya. Hingga satu hari menjadi satu minggu, dan satu minggu berubah menjadi satu bulan.
Tanpa sadar saya menghilangkan kebiasaan menulis, dan tertunduk pada media sosial yang semakin menarik perhatian.
Lalu, bagaimana cara saya keluar dari lingkaran malas itu?
Aturan 2 menit berlaku kembali
Ini mungkin akan menjadi alasan yang ke sekian kalinya. Tapi lebih baik mencoba sambil menyederhanakan kembali aktivitas menulis agar menjadi kebiasaan lagi. Saya mencoba menerapkan kembali aturan dua menit. Aturan yang dijelaskan oleh James Clear agar setidaknya saya melakukannya dua menit, hanya dua menit agar pikiran bawah sadar tak merasa keberatan.
Tambahan lainnya, buat sesederhana mungkin. Hari ini mungkin saya menulis langsung di laptop. Namun esok, bisa saja hanya di aplikasi pencatatan di ponsel. Jadi mari lakukan aturan lainnya, yaitu, buat sesederhana mungkin, hingga saya tak merasakan beban berat setiap kali harus menulis.
Terakhir, saya masih menentukan kapan waktu yang tepat untuk menulis. Pagi, atau malam? Satu hal yang harus saya biasakan sedari awal. Tapi mungkin saya akan mencoba menulis di awal hari agar terasa lebih segar tanpa terpikirkan lainnya.
Mari kita lihat, sejauh mana kebiasaan menulis saya kali ini bisa dijalankan. Saat ini saya tak ingin menganggap menulis sebagai sebuah pencapaian, namun sebagai pengingat bahwa hal ini mampu menggerakkan kreativitas tanpa batas.

0 Komentar